Senin, 23 November 2009

SIBI dan PBPBI

SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA


A. Latar Belakang Masalah
Salah satu kebutuhan manusia yang paling utama adalah berkomunikasi. Melalui komunikasi seseorang dapat memenuhi kebutuhannya akan informasi,mengaktualisasi diri, dan berhubungan dengan orang-orang sekitarnya.Bagi penyandang cacat tunarungu komunikasi secara lisan tidak dapat dipenuhi karena mereka mengalami hambatan melalui alat pendengarannya. Bagi orang normal komunikasi dilakukan melalui bahasa lisan akan tetapi bagi anak tuna rungu wicara berkomunikasi dilakukan dengan menggunakan bahasa yang diisyaratkan .Hingga saat ini penggunaan bahasa isyarat bagi anak tuna rungu wicara masih belum terdapat keseragaman. Bahasa isyarat adalah bahasa yang mengutamakan komunikasi manual, bahasa tubuh,dan gerak bibir, bukannya suara,untuk berkomunikasi. Kaum tuna rungu adalah kelompok utama yang menggunakan bahasa ini, biasanya dengan mengkombinasikan bentuk tangan,orientasi dan gerak tangan,lengan dan tubuh, serta ekspresi wajah untuk mengungkapkan pikiran mereka. Untuk Indonesia,system yang sekarang umum digunakan adalah Sistem Isyarat Bahasa Indonesia < SIBI >. Kebijakan penerintah yang digariskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 2 Tahun1989 tentang sitem pendidikan Nasional antara lain dinyatakan bahwa :”Prndidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembankan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertagwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
Kebijakan tersebut berlaku juga bagi warga negara yang menyandang kelainan termasuk kaum tuna rungu. Oleh karena itulah dilakukan kegiatan penyusunan system isyarat Bahasa Indonesia.
Seperti juga dalam pendidikan pada umumnya, pendidikan kaum tuna rungu sangat memerlukan sarana pendidikan. Pada umumnya berkomunikasi dengan berbicara dianggap sebagai ciri khas manusia mahkluk social. Kaum tuna rungu karena tidak dapat menggunakan indera pendengarannya secara penuh, sulit mengembangkan kemampuan berbicara sehingga hal itu akan menghambat perkembangan kepribadian, kecerdasan, dan penampilan sebagai mahkluk social. Tidak mengherankan apabila di dalam dunia pendidikan anak tuna rungu pendekatan diprioritaskan kepada pengembangan kemampuan berbicara dengan orang lain karena mereka adalah anggota masyarakat yang pada akhirnya nanti berkarya di sana sehingga penguasaan bahasa lisan dan kemampuan berbicara lebih diutamakan. Berkembanglah metode oral begitu pula keadaannya di Indonesia.
Tidak dapat disangkal bahwa SIBI memberikan hasil yang masih jauh dari yang diharapkan, khususnya di Indonesia karena kurang terpenuhi persyaratan metode oral baik dari segi guru maupun sarana penunjang. Pandangan ini mena,pilkan pendekatan baru yaitu memanfaatkan segala media komunikasi di dalam pengajaran anak tuna rungu. Di samping menggunakan media yang tidak lazim, yaitu berbicara, membaca ujaran, menulis, membaca dan mendengar (dengan memanfaatkan sisa kemampuan mendengar), pendekatan ini menggunakan pula isyarat alamiah, abjad jari, dan isyarat yang dibakukan. Pendekatan ini dikenal dengan nama komunikasi total (KOMTAL).
B. Komunikasi Total
Komtal merupakan konsep yang bertujuan mencapai komunikasi yang efektif antara sesama tuna rungu atupun kaupun tuna rungu dengan masyarakat luas dengan menggunakan media berbicara, membaca bibir, mendengar dan berisyarat secara terpadu.
C. Pengertian
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia merupakan salah satu media yang membantu komunikasi sesama kaum tuna rungu di dalam masyarakat yang luas. Wujudnya adalah tataan sistematis tentang seperangkat isyarat jari, tangan dan berbagai gerak yang melambangkan kosakata Bahasa Indonesia.
Secara terperinci tolak ukur itu sebagai berikut :
1. System isyarat harus secara akurat dan konsisten mewakili sintaksis Bahasa Indonesia yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.
2. System isyarat harus mewakili satu kata dasar tanpa menutup kemungkinan adanya beberapa pengecualian bagi dikembangkannya isyarat yang mewakili satu makna.
3. System isyarat mencerminkan situasi social, budaya, dan ekologi bahasa Indonesia.
4. System isyarat disesuaikan dengan perkembangan kemampuan dan kejiwaan siswa.
5. System isyarat harus memperhatikan isyarat yang tidak ada.
6. System isyarat harus mudah dipelajari.
7. Wujud isyarat harus secara visual memiliki unsur pembeda makna yang jelas tetapi sederhana, indah dan menarik gerakannya.
8. Isyarat dapat dipakai pada jarak sedekat mungkin denga mulut pengisyarat dan dengan kecepatan yang mendekati tempo berbicara yang wajar dalam upaya merealisasikan tujuan konsep komunikasi total.


















PELAKSANAAN PROGRAM PELAYANAN BINA PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA SERTA SIBI



Tuhan telah menciptakan keindahan alam ini yang dilengkapi bunyi-bunyian yang ada di sekelilingnya itulah yang dinamakan bunyi latar belakang yang membuat manusia terus menerus mempunyai kontak dengan orang lain dan alam sekelilingnya. Pada anaka tuna rungu tidak dapat mengahyati bunyi latar belakang atau folakisasi lingkungan seperti pada anak normal. Namun demikian pada ATR (anak tuna rungu) / tuli total sekalipun masih dapat mengahyati bunyi walaupun hanya vibrasi. Kebanyakan ATR masih memiliki sisa pendengaran pada daerah nada tinggi atau nada rendah. Oleh karena itu masih ada kemungkinan untuk mengembangkan penghayatan bunyi secara sistematis sehingga mereka tumbuh menjadi manusia yang lebih normal.
Berkat pengembangan audiologi dan tehknologi baru derajat pendengaran anak tuna rungu dapat diukur pada usia lebih dini dan lebih teliti dan dapat digolongkan menurut sisa pendengarannya.
Alat Bantu Dengar (APM) akhirnya dapat mengubah anggapan yang salah bahwa ATR akan tergantung pada penglihatannya dalam berkomunikasi. Ternyata pada batas tertentu indera pendengaran anak masih dapat berfungsi, terutama dengan latihan mendengar yang teratur dan berkesinambungan. Selanjutnya latihan mendengar itu dilaksanakan dalam pelajaran BPBI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar